"Dialah yang melihatmu ketika engkau berdiri dan juga gerak tubuhmu di antara orang-orang
yang bersujud." (asy-Syu'ara': 218-219)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan Dia adalah besertamu di mana saja engkau semua berada." (al-Hadid: 4)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu yang tersembunyi baik di bumi ataupun di
langit."(ali-lmran: 5)
Lagi firmannya Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya Tuhanmu itu niscaya tetap mengintipnya." (al-Fajar: 14)
Juga firmannya Allah Ta'ala:
"Dia Maha Mengetahui akan kekhianatan mata - maksudnya pandangan mata kepada sesuatu
yang diiarang atau kerlingan mata sebagai ejekan dan lain-lain perbuatan yang tidak baik - dan apa
saja yang tersembunyi dalam hati.” (al-Mu'min: 19)
Ayat-ayat yang mengenai bab ini banyak sekali dan kiranya dapat dimaklumi.
Adapun Hadis-hadisnya ialah:
60. Pertama: Dari Umar bin Alkhaththab r.a., katanya: "Pada suatu ketika kita semua
duduk di sisi Rasulullah s.a.vv. yakni pada suatu hari, tiba-tiba muncullah di muka kita
seorang lelaki yang sangat putih pakaiannya dan sangat hitam warna rambutnya, tidak
timpak padanya bekas bepergian dan tidak seorangpun dari kita semua yang mengenalnya,
sehingga duduklah orang tadi di hadapan Nabi s.a.w. lalu menyandarkan kedua lututnya
pada kedua lutut beliau dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya sendiri dan
berkata: "Ya Muhammad, beritahukanlah padaku tentang Islam." Rasulullah s.a.w. lalu
bersabda:
"Islam, yaitu hendaknya engkau menyaksikan bahwa tiada piihan kecuali Allah dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, hendaklah pula engkau mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berpuasa bulan Ramadhan dan melakukan haji ke Baitullah jikalau
Kita semua heran padanya, karena ia bertanya dan juga membenarkannya. Ia berkata
lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang Iman."
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Yaitu hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitabkitabNya,
rasul-rasulNya, hari penghabisan - kiamat - dan hendaklah engkau beriman pula
kepada takdir, yang baik ataupun yang buruk - semuanya dari Allah jua."
Orang itu berkata: "Tuan benar." Kemudian katanya lagi:
"Kemudian beritahukanlah padaku tentang Ihsan."
Rasulullah s.a.w. menjawab: "Yaitu hendaklah engkau menyembah kepada Allah
seolah-olah engkau dapat melihatNya, tetapi jikalau tidak dapat seolah-olah melihatNya,
maka sesungguhnya Allah itu dapat melihatmu."
Ia berkata: "Tuan benar." Katanya lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang hari
kiamat."
Rasulullah s.a.w. menjawab: "Orang yang ditanya - yakni beliau s.a.w. sendiri -
tentulah tidak lebih tahu dari orang yang menanyakannya - yakni orang yang datang tibatiba
tadi.
Orang itu berkata pula: "Selanjutnya beritahukanlah padaku tentang alamat-alamatnya
hari kiamat itu."
Rasulullah s.a.w. menjawab:
"Yaitu apabila seorang hamba sahaya wanita melahirkan tuan puterinya - maksudnya
hamba sahaya itu dikawin oleh pemiliknya sendiri yang merdeka, lalu melahirkan seorang
anak perempuan. Anaknya ini dianggap merdeka juga dan dengan begitu dapat dikatakan
hamba sahaya perempuan melahirkan tuan puterinya - dan apabila engkau melihat orangorang
yang tidak beralas kaki, telanjang-telanjang, miskin-miskin dan sebagai penggembala
kambing sama bermegah-megahan dalam gedung-gedung yang besar - karena sudah
menjadi kaya-raya dan bahkan menjabat sebagai pembesar-pembesar negara."
Selanjutnya orang itu berangkat pergi. Saya - yakni Umar r.a. - berdiam diri beberapa
saat lamanya, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Umar, adakah engkau mengetahui
siapakah orang yang bertanya tadi?" Saya menjawab: "Allah dan RasulNyalah yang lebih
mengetahuinya." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya orang tadi adalah malaikat
Jibril, ia datang untuk memberikan pelajaran tentang agama kepadamu semua." (Riwayat
Muslim)
Makna Talidulamatu rabbatahaa, yakni tuan puterinya. Adapun pengertiannya ialah
oleh sebab banyaknya hamba sahaya perempuan sehingga budak-budak tersebut melahirkan
puteri untuk tuan yang memilikinya. Puteri tuannya itu sama kedudukannya dengan
tuannya sendiri. Tetapi ada sebagian ulama yang mengatakan tidak sedemikian itu
maksudnya. Al-'Aalah, ialah golongan orang-orang fakir. Adapun kata Maliyyan artinya
waktu yang lama, yaitu sampai tiga hari tiga malam lamanya.
Sebabnya Sayidina Umar terheran-heran karena orang yang bertanya itu semestinya
belum mengerti apa yang ditanyakan, tetapi anehnya setelah diberi jawaban, tiba-tiba
penanya itu berkata: "Tuan benar," dan kata-kata sedemikian ini tentulah menunjukkan
bahwa penanya itu telah mengerti. Barulah keheranan Sayidina Umar itu lenyap setelah
diberitahu bahwa yang bertanya tadi sebenarnya adalah Jibril a.s. yang kedatangannya
memang sengaja hendak mengajarkan soal-soal keagamaan kepada para sahabat Rasulullah
s.a.w.
Dalam Hadis di atas, ada beberapa hal yang penting kita ketahui, yaitu:
1. Mendirikan
shalat artinya tidak semata-mata menjalankan shalat saja, tetapi harus
dipenuhi pula syarat-syarat serta rukun-rukunnya dan ditepatkan selalu
menurut waktuwaktunya.
2. Percaya
kepada Allah yakni meyakinkan bahwa Allah itu ada (jadi jangan
beranggapan bahwa Allah itu tidak ada seperti faham komunis), dan lagi
Allah itu bersifat dengan semua sifat kemuliaan, keagungan dan
kesempurnaan serta terjauh dari semua sifat kekurangan, kehinaan dan
kerendahan.
3. Malak
ialah makhluk Allah yang dibuat daripada nur (cahaya) dan tidak
berjejal-jejal seperti cahaya lampu yang memenuhi rumah. Dengan cahaya
seribu lampu, belum juga sesak rumah itu. Dengan ini teranglah apa yang
dimaksud dalam sebuah Hadis: Artinya: "Bahwasanya Allah itu mempunyai malaikat, ada yang memenuhi sepertiga alam, ada yang memenuhi dua pertiga alam dan ada yang memenuhi alam seluruhnya."
4. Adapun
arti iman kepada malaikat ialah harus percaya bahwa mereka itu
benar-benar ada dan bahwa mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang
dimuliakan.
5. Malak itu sebenarnya kata mufrad dan jamaknya berbunyi malaikat.
6. Percaya
kepada kitab-kitab Allah ialah meyakinkan betul-betul bahwa kitab-kitab
suci itu adalah firman Allah yang sebenar-benarnya yang diturunkan pada
Rasul-rasulNya dengan jalan wahyu dan meyakinkan pula bahwa isi yang
terkandung di dalamnya itu semua benar.
7. Percaya
kepada para Rasul artinya beri'tikad seteguh-teguhnya bahwa apa yang
mereka bawa itu memang sebenarnya dari Allah Ta'ala.
8. Hari
Akhir ialah hari Kiamat. Iman dengan hari kiamat artinya mempercayai
betulbetul akan terjadinya hari penghabisan itu dan apa saja yang
terjadi sesudahnya, misalnya
9. Hasyar
(akan dikumpulkannya semua makhluk di padang mahsyar), Hisab (semua
amal akan diperhitungkan), Mizan (amal-amal akan ditimbang dalam
neraca), menyeberangi jembatan yang disebut Shirath dan kemudian ada
yang masuk Jannah (syurga), ada pula yang terus terjun ke (neraka) dan
lain-lain hal lagi.
10. Qadar
ialah ketentuan dari Allah sebelum Allah membuat semua makhluk ini,
yang baik maupun yang jahat. Jadi segala macam adalah dengan kehendak
Allah yang telah dipastikan sejak zaman azali dulu yaitu zaman sebelum
Allah membuat apa-apa. Tetapi kita jangan lupa berikhtiar, karena kita
telah diberi akal oleh Allah untuk mengusahakan bagaimana jalannya agar
kita tetap bernasib baik dan terjauh dari nasib buruk. Kita tetap harus
berdaya upaya selama hayat dikandung badan.
11. Dengan
cara ibadat sebagaimana yang terkandung dalam arti kata Ihsan ini, maka
tentu akan khusyuklah kita sewaktu menyembah Allah itu. Kalau dapat
seolah-olah tahu pada Allah, ini namanya Mukasyafah (terbuka dari semua
tabir yang menutup) dan kalau mengangan-angan kan bahwa Allah tetap
melihat kita, ini namanya Muraqabah.
12. Tanda-tanda
yang dimaksud ini ialah tanda-tanda kecil sebab datangnya hari kiamat
itu ada tanda-tandanya yang kecil dan ada tanda-tandanya yang besar.
Tanda-tanda kecil artinya datangnya itu masih agak jauh, tetapi bila
tanda-tanda besar telah nampak, maka itulah yang menunjukkan bahwa hari
kiamat telah sangat dekat sekali saat terjadinya.
13. Hamba
sahaya perempuan meiahirkan tuannya - artinya, banyak sahaya perempuan
itu yang dikawin oleh raja-raja atau pejabat-pejabat tinggi lalu
meiahirkan anak-anak perempuan sehingga anak-anaknya itu pun akan
berkedudukan sebagaimana ayahnya.
14. Orang
yang tak beralas kaki, telanjang, miskin serta penggembala kambing sama
bermegah-megah dalam gedung-gedung besar, maksudnya ialah bahwa yang
asalnya hanya penggembala yang miskin hingga seolah-olah tak pernah
beralas kaki dan pakaiannya hampir-hampir tidak ada (boleh dikata
telanjang) tiba-tiba menjadi pembesar-pembesar negeri dan mendiami
gedung-gedung besar lagi indah dan sama berkuasa serta kaya raya.
15. Dengan
demikian, keadaan negeri lalu rusak binasa sebab sesuatu perkara
semacam pemerintahan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya,
sebagaimana dalam sebuah Hadis diterangkan:
Artinya:
"Apabita sesuatu perkara itu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah
saat kerusakannya."
Dengan ini tahulah kita bahwa Islam itu mengandung tiga unsur yang utama yakni:
A. 5 Arkanul Islam, B. 6 Arkanul lman dan C. 2 Arkanul Ihsan.
61.
Kedua: Dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah dan Abu Abdur Rahman
yaitu Mu'az bin Jabal radhiallahu 'anhuma dari Rasulullah s.a.w.
sabdanya:
"Bertaqwalah
kepada Allah di mana saja engkau berada dan ikutilah perbuatan jelek
itu dengan perbuatan baik, maka kebaikan itu dapat menghapuskan
kejelekan tadi dan pergaulilah para manusia dengan budi pekerti yang
bagus."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Keterangan:
Hadis
ini mengandung tiga macam unsur, yakni bertaqwa kepada Allah, kebaikan
diikutkan sesudah mengerjakan kejelekan dan perintah bergaul dengan baik
antara seluruh ummat manusia. Mengenai yang ketiga tidak kami jelaskan
lebih panjang, sebab masingmasing bangsa tentu memiliki cara-cara atau
adat-istiadat sendiri. Namun demikian juga mesti dilaksanakan dengan
mengikuti ajaran-ajaran yang ditetapkan oleh agama Islam, sehingga tidak
melampaui batas, akhirnya terperosok dalam hal-hal yang diharamkan oleh
Allah Ta'ala. Jadi di bawah ini akan diuraikan periha! yang dua buah
unsur saja, yaitu:
(a)
Takut pada Allah atau Taqwallah adalah satu kata yang menghimpun arti
yang sangat dalam sekali, pokoknya ialah mengikuti dan mengamalkan semua
perintah Allah dan menjauhi serta menahan dir idari melakukan
larangan-laranganNya. Dengan demikian terjagalah jiwa dan terpeliharalah
hati manusia dari kemungkaran, kemaksiatan, kemusyrikan yang terang
(jali) atau yang tidak terang (khafi), juga terhindar dari kekufuran dan
kemurtadan. Tuhan tentu akan melindungi orang yang taqwa itu dari
semuanya tadi.
Tentang ini Allah telah berfirman:
"Sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang sama berlaku baik."
(b)
Mengikutkan kebaikan sesudah melakukan kejahatan itu misalnya ialah
bertaubat, karena dengan demikian lenyaplah segenap kesalahan yang kita
lakukan, asalkan kita bertaubat itu dengan sebenar-benarnya, sebagaimana
firman Allah:
Artinya:
"Melainkan
orang yang bertaubat dan beriman dan beramal shalih, maka mereka itu
kejelekan-kejelekannya akan diganti oleh Allah dengan
kebaikan-kebaikan."
62.
Ketiga: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya berada di
belakang Nabi s.a.w. - dalam kendaraan atau membonceng - pada suatu
hari, lalu beliau bersabda:
"Hai anak, sesungguhnya saya hendak mengajarkan kepadamu beberapa kalimat yaitu:
Peliharalah Allah - dengan mematuhi perintah-perintahNya serta menjauhi laranganlaranganNya,
pasti
Allah akan memeliharamu, peliharalah Allah, past! engkau akan dapati
Dia di hadapanmu. Jikalau engkau meminta, maka mohonlah kepada Allah dan
jikalau engkau meminta pertolongan, maka mohonkanlah pertolongan itu
kepada Allah pula.
Ketahuilah
bahwasanya sesuatu ummat - yakni makhluk seluruhnya - ini, apabila
berkumpul - bersepakat - hendak memberikan kemanfaatan padamu dengan
sesuatu - yang dianggapnya bermanfaat untukmu, maka mereka itu tidak
akan dapat memberikan kemanfaatan itu, melainkan dengan sesuatu yang
telah ditentukan oleh Allah untukmu. Juga jikalau ummat-seluruh makhluk -
itu berkumpul - bersepakat - hendak memberikan bahaya padamu dengan
sesuatu - yang dianggap berbahaya untukmu, maka mereka itu tidak akan
dapat memberikan bahaya itu, melainkan dengan sesuatu yang telah
ditentukan oleh Allah untukmu. Pena telah diangkat - maksudnya ketentuan
- ketentuan telah ditetapkan – dan lembaran-lembaran kertas telah
kering - maksudnya catatan-catatan di Lauh Mahfuzh sudah tidak dapat diubah lagi."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Dalam riwayat selain Termidzi disebutkan:
"Peliharalah Allah, maka engkau akan mendapatkanNya di hadapanmu.
Berkenalanlah
kepada Allah - yakni tahulah kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan
untuk Allah - di waktu engkau dalam keadaan lapang - sihat, kaya dan
lain-lain, maka Allah akan mengetahuimu - memperhatikan nasibmu - di
waktu engkau dalam keadaan kesukaran - sakit, miskin dan lain-lain.
Ketahuilah
bahwa apa-apa yang terlepas daripadamu itu -keuntungan atau bahaya,
tentu tidak akan mengenaimu dan apa-apa yang mengenaimu itu pasti tidak
akan dapat terlepas daripadamu.
Ketahuilah
bahwa pertolongan itu beserta kesabaran dan bahwasanya kelapangan itu
beserta kesukaran dan bahwasanya beserta kesukaran itu pasti ada
kelonggaran."
Keterangan:
Hal-hal yang perlu dimaklumi dalam Hadis ini ialah:
(a) Ada di belakang Nabi s.a.w. maksudnya ialah membonceng waktu naik bighal (semacam kuda) dengan duduk di belakang beliau.
(b)
Peliharalah Allah, yakni peliharalah perintah-perintah dan
larangan-larangan Allah serta berhati-hatilah pada kedua macam hal itu,
pasti engkau dijaga olehNya dalam duniamu, agamamu, dirimu dan
keluargamu.
(c) Ummat ialah semua makhluk yang dimaksudkan.
(d) Pena-pena telah diangkat, artinya ketentuan-ketentuan telah tetap.
(e)
Kertas-kertas telah kering maksudnya catatan-catatan semua yang ada di
dalam dunia semesta ini (sebagaimana yang tertera di Lauh Mahfuzh) tentu
saja tak ada yang dapat mengubah takdir-takdir dari Allah itu kecuali
yang dikehendaki olehNya sendiri sebagaimana firmanNya:
Artinya:
"Allah
menghapus serta menetapkan apa saja yang dikehendaki olehNya dan di
sisi Allahlah ummut kitab atau pokok Catalan. Ummul kitab ini adalah
ilmu Allah yang qadim (dahulu) sejak zaman azali (sebelum ada apa-apa
kecuali Allah)."
(f) Selain Termidzi yakni 'Abd bin Humaid dan juga Imam Ahmad.
(g)
Suka mengenai pada Allah artinya senantiasa mendekat dan taat padaNya.
Kalau kita suka demikian ketika kita dalam keadaan lapang (banyak rezeki
dan badan sihat), maka Allah pasti suka melihat kita yakni mau memberi
pertolongan pada kita apabila kita dalam keadaan sukar pada suatu waktu.
(h)
Suatu yang telah ditentukan oleh Allah (sejak zaman azali) akan lepas
dari kita, (tidak dapat kita capai), sudah tentu selamanya barang itu
tetap lepas dari kita yakni tidak dapat mengenai kita (kita peroleh).
Demikian pula sebaliknya, yaitu bahwa sesuatu yang telah ditentukan akan
kita dapatkan, maka bagaimanapun juga tidak akan lepas dari kita.
(i) Pertolongan Allah beserta kesabaran yakni bila kita ingin pertolongan dari Allah, haruslah kita sabar.
(j)
Kelapangan beserta kesusahan dan nanti pasti ada kelonggaran yakni
manusia itu tidak mungkin akan terus menerus susah dan sukar, insya
Allah pada suatu ketika ia akan menemui kelapangan dan kelonggaran juga.
63.
Keempat: Dari Anas r.a., katanya: "Sesungguhnya engkau semua pasti
melakukan berbagai amalan - yang diremehkannya sebab dianggap dosa
kecil-kecil saja, yang amalanamalan itu adalah lebih halus - lebih kecil
- menurut pandangan matamu daripada sehelai rambut. Tetapi kita semua
di zaman Rasulullah s.a.w. menganggapnya termasuk golongan dosa-dosa
yang merusakkan - menyebabkan kecelakaan dan kesengsaraan."
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan ia mengatakan bahwa arti Almubiqat ialah apa-apa yang merusakkan.
64.
Kelima: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu cemburu dan kecemburuan Allah Ta'ala itu
ialah apabila seseorang manusia mendatangi-mengerjakan - apa-apa yang
diharamkan oleh Allah atasnya." (Muttafaq 'alaih)
. Keenam: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya
ada tiga orang dari kaum Bani Israil, yaitu orang supak - yakni
belang-belang kulit nya, orang botak dan orang buta. Allah hendak
menguji mereka itu, kemudian mengutus seorang malaikat kepada mereka. Ia
mendatangi orang supak lalu berkata:
"Keadaan
yang bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang supak berkata:
"Warna yang baik dan kulit yang bagus, juga lenyaplah kiranya penyakit
yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini." Malaikat itu lalu
mengusapnya dan lenyaplah kotoran-kotoran itu dari tubuhnya dan
dikaruniai -oleh Allah Ta'ala - warna yang baik dan kulit yang
bagus. Malaikat itu berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Orang
itu menjawab: "Unta." Atau katanya: "Lembu," yang merawikan Hadis ini sangsi - apakah
unta ataukah lembu. Ia lalu dikaruniai unta yang bunting, kemudian malaikat berkata:
"Semoga Allah memberi keberkahan untukmu dalam unta ini."
Malaikat itu seterusnya mendatangi orang botak, kemudian berkata: "Keadaan yang
bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang botak berkata: "Rambut yang bagus dan
lenyaplah kiranya apa-apa yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini." Malaikat
itu lalu mengusapnya dan lenyaplah botak itu dari kepalanya dan ia dikarunia rambut yang
bagus. Malaikat berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Ia berkata:
"Lembu."
lapun lalu dikarunia lembu yang bunting dan malaikat itu berkata:
"Semoga Allah memberi kan keberkahan untukmu dalam lembu ini."
Akhirnya
malaikat itu mendatangi orang buta lalu berkata: "Keadaan bagaimanakah
yang amat tercinta bagimu?" Orang buta menjawab: "Yaitu hendaknya Allah
mengembalikan penglihatanku padaku sehingga aku dapat melihat semua
orang." Malaikat lalu mengusapnya dan Allah mengembali kan lagi
penglihatan padanya. Malaikat berkata pula:
"Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Ia menjawab: "Kambing." Lapun dikarunia kambing yang bunting - hampir beranak.
Yang
dua ini - unta dan lembu melahirkan anak-anaknya dan yang ini - kambing
- juga melahirkan anaknya. Kemudian yang seorang - yang supak -
mempunyai selembah penuh unta dan yang satunya lagi - yang botak -
mempunyai selembah lembu dan yang lainnya lagi - yang buta - mempunyai
selembah kambing.
Malaikat
itu lalu mendatangi lagi orang - yang asalnya - supak dalam rupa
seperti orang supak itu dahulu keadannya - yakni berpakaian serba buruk -
dan berkata: "Saya adalah orang miskin, sudah terputus semua
sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam bepergianku ini.
Maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini kecuali
Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan
atas nama Allah yang telah mengaruniakan padamu warna yang baik dan
kulit yang bagus dan pula harta yang banyak, sudi kiranya engkau
menyampaikan maksudku dalam bepergianku ini - untuk sekedar bekal
perjalanannya." Orang supak itu menjawab:
"Keperluan-keperluanku masih banyak sekali." Jadi enggan memberikan sedekah padanya.
Malaikat
itu berkata lagi: "Seolah-olah saya pernah mengenalmu. Bukankah engkau
dahulu seorang yang berpenyakit supak yang dijijiki oleh seluruh
manusia, bukankah engkau dulu seorang fakir, kemudian Allah
mengaruniakan harta padamu?" Orang supak dahulu itu menjawab: "Semua
harta ini saya mewarisi dari nenek-moyangku dulu dan merekapun dari
nenek-moyangnya pula." Malaikat berkata pula: "Jikalau engkau berdusta
dalam pendakwaanmu - uraianmu yang menyebutkan bahwa harta itu adalah
berasal dari warisan, maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali
seperti keadaanmu semula.
Malaikat
itu selanjutnya mendatangi orang - yang asalnya -botak, dalam rupa –
seperti orang botak dulu - dan keadaannya -yang hina dina, kemudian
berkata kepadanya sebagaimana yang dikatakan kepada orang supak dan
orang botak itu menolak permintaannya seperti halnya orang supak itu
pula. Akhirnya malaikat itu berkata: "Jikalau engkau berdusta, maka
Allah pasti akan menjadikan engkau kembali sebagaimana keadaanmu
semula."
Seterusnya
malaikat itu mendatangi orang - yang asalnya - buta dalam rupanya -
seperti orang buta itu dahulu - serta keadaannya - yang menyedihkan,
kemudian ia berkata:
"Saya
adalah orang miskin dan anak jalan - maksudnya sedang bepergian dan
kehabisan bekal, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh
rezeki bagiku dalam bepergianku ini, maka tidak ada yang dapat
menyampaikan maksudku pada hari ini, kecuali Allah kemudian dengan
pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan atas nama Allah yang
mengembalikan penglihatan untukmu yaitu seekor kambing yang dapat saya
gunakan untuk menyampaikan tujuanku dalam bepergian ini." Orang buta
dahulu itu berkata: "Saya dahulu pernah menjadi orang buta, kemudian
Allah mengembalikan penglihatan padaku. Maka oleh sebab itu ambillah
mana saja yang engkau inginkan dan tinggalkanlah mana saja yang engkau
inginkan. Demi Allah saya tidak akan membuat kesukaran padamu - karena
tidak meluluskan permintaanmu -pada hari ini dengan sesuatu
yang engkau ambil karena mengharapkan keridhaan Allah 'Azzawajalla."
Malaikat
itu lalu berkata: "Tahanlah hartamu - artinya tidak diambil sedikitpun,
sebab sebenarnya engkau semua ini telah diuji, kemudian Allah telah
meridhai dirimu dan memurkai pada dua orang sahabatmu - yakni si supak
dan si botak." (Muttafaq alaih) . Sabdanya Nabi s.a.w. An-naaqatut 'usyara, dengan
dhammahnya 'ain dan fathahnya syin serta dengan mad (yakni dibaca
panjang dengan diberi hamzah di belakang alif), artinya: bunting.
Sabdanya Antaja dalam riwayat lain berbunyi Fanataja, artinya: Menguasai di waktu keluarnya anak unta. Natij bagi unta adalah sama halnya dengan Qabilah bagi
wanita. Jadi natij, artinya penolong unta betina waktu beranak, sedang
qabilah, artinya penolong wanita waktu melahirkan atau biasa dinamakan
bidan.
Sabda Wallada haadzaa dengan disyaddahkan lamnya, artinya: Menguasai waktu melahirkannya ini, Jadi sama halnya dengan Antaja untuk unta. Oleh sebab itu kata-kata Muwallid, Natij dan Qabilah adalah sama maknanya, tetapi muwallid dan natij adalah untuk binatang, sedang qabilah adalah untuk selain binatang.
Adapun sabda beliau s.a.w.: Inqatha-'at biyal hibaalu, yaitu
dengan ha' muhmalah (tanpa bertitik) dan ba' muwahhadah (bertitik
sebuah), artinya: beberapa sebab. Jadi jelasnya: Sudan terputus semua
sebab (untuk dapat memperoleh bekal guna melanjutkan perjalananku).
Dalam riwayat Imam Bukhari kata-kata: La ajhaduka, yang artinya: "Aku tidak akan membuat kesukaran padamu", itu diganti: La ahmaduka, artinya:
"Aku tidak memujimu - menyesali diriku - sekiranya hartaku tidak ada
yang engkau tinggalkan karena engkau membutuhkannya." Sama halnya dengan
yang biasa diucapkan oleh orang banyak: "Laisa 'alaatbuulil hayaati nadamun," artinya:
Tidaklah selain timbul penyesalan dalam sepanjang kehidupan ini, maksudnya ialah oleh sebab sangat
panjangnya masa hidupnya itu.
66. Ketujuh: Dari Abu Ya'la yaitu Syaddad bin Aus r.a.dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Orang
yang cerdik - berakal - ialah orang yang memperhitungkan keadaan
dirinya dan suka beramal untuk mencari bekal sesudah matinya, sedangkan
orang yang lemah ialah orang yang dirinya selalu mengikuti hawanafsunya
dan mengharap-harapkan kemurahan atas Allah - yakni mengharap-harapkan
kebahagiaan dan pengampunan di akhirat, tanpa beramal shalih."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Imam Termidzi dan lain-lain ulama mengatakan bahwa makna Daana nafsahu artinya membuat perhitungan pada diri sendiri.
67. Kedelapan: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Setengah
daripada kebaikan keislaman seseorang ialah apabila ia suka
meninggalkan apa-apa yang tidak memberikan kemanfaatan padanya - yakni
ia tidak memerlukan untuk mencampuri urusan itu. Ini adalah Hadis hasan
yang diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan lain-lain.
Keterangan:
Meninggalkan
sesuatu yang tidak berfaedah misalnya sesuatu yang memang bukan urusan
kita atau sesuatu yang terang salah dan batil, maka tidak berguna kita
membela atau menolongnya. Demikian pula sesuatu yang bila kita campuri,
maka bukan makin baik dan mungkin mencelakakan diri kita sendiri. Semua
itu baiklah kita tinggalkan, kalau kita ingin jadi orang Islam yang
baik.
68.
Kesembilan: Dari Umar r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Janganlah
seseorang lelaki itu ditanya apa sebabnya ia memukul isterinya - sebab
mungkin ia akan malu jikalau sebab pemukulannya diketahui oleh orang
lain." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan lain-lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar